Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1436H

Semoga kita selalu diberkahi dibulan yang penuh maghfiroh.

Pondasi Awal Masjid Rahmatan Lil Alamin

Pondasi Masjid menggunakan Pondasi kapal yang tahan gempa.

Masjid Rahmatan Lil Alamin

Di sini orang-orang beriman membangun Masjid Rahmatan Lil Alamain.

Kubah Masjid Rahmatan Lil Alamin

Memiliki 4 kuba Khulafaur Rasyidin, dan 8 Kubah tambahan di delapan penjuru mata angin.

Masjid Rahmatan Lil Alamin tampak dari Selatan

Masjid ini memiliki 7 lantai yang dilengkapi fasilitasi Lift dan eskalator di setiap lantainya.

Masjid Rahmatan Lil Alamin di Malam Hari

Lampu menerangi pemandangan yang indah pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin.

Selasa, 24 November 2015

Silsilah Keturunan 25 Nabi / Rasul


1. ADAM as
Nama : Adam As.
Usia : 930 tahun
Periode sejarah :5872 – 4942 SM
Tempat turunnya di bumi : India, ada yang berpendapat di
Jazirah Arab
Jumlah keturunannya (anak) : 40 (laki-laki dan perempuan)
Tempat wafat : India, ada yang berpendapat di Mekah
didalam Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 25 kali
 

 2. IDRIS as
Nama : Idris bin Yarid, nama aslinya Akhnukh, nama Ibunya
Asyut
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as
Usia : 345 tahun
Periode sejarah :4533 – 4188 SM
Tempat diutus (lokasi) : Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan
Mesir (Memphis)
Tempat wafat : Allah mengangkatnya ke langit
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 2 kali
 

 3. NUH as
Nama : Nuh bin Lamak
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as
Usia : 950 tahun
Periode sejarah : 3993 – 3043 SM
Tempat diutus (lokasi) : Selatan Irak
Jumlah keturunannya (anak) : 4 putra (Sam, Ham, Yafits
dan Kan’an)
Tempat wafat : Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya : Kaum Nuh
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 43 kali

4. HUD (Huud) as
Nama : Hud bin Abdullah
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-
Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud as
Usia : 130 tahun
Periode sejarah : 2450 – 2320 SM
Tempat diutus (lokasi) : Al-Ahqaf (lokasinya antara Yaman
dan Oman)
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Bagian Timur Hadramaut (Yaman)
Sebutan kaumnya : Kaum ‘Ad
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 7 kali

5. SALEH (Shalih/Shaleh/Sholeh) as
Nama : Shalih bin Ubaid
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir
⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih as
Usia : 70 tahun
Periode sejarah : 2150 – 2080 SM
Tempat diutus (lokasi) : Daerah al-Hijr (Mada’in Salih,
antara Madinah dan Syria)
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya : Kaum Tsamud
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 10 kali

6. IBRAHIM as
Nama : Ibrahim bin Azar
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as
Usia : 175 tahun
Periode sejarah :1997 – 1822 SM
Tempat diutus (lokasi) : Ur di daerah selatan Babylon (Irak)
Jumlah keturunannya (anak) :13 anak (termasuk Nabi Ismail
as & Nabi Ishaq as)
Tempat wafat : Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel)
Sebutan kaumnya : Bangsa Kaldan
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 69 kali

7. LUTH as
Nama : Luth bin Haran
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Haran ⇒ Luth as
Usia : 80 tahun
Periode sejarah :1950 – 1870 SM
Tempat diutus (lokasi) : Sodom dan Amurah (Laut Mati atau
Danau Luth)
Jumlah keturunannya (anak) : 2 putri (Ratsiya dan Za’rita)
Tempat wafat : Desa Shafrah di Syam (Syria)
Sebutan kaumnya : Kaum Luth
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 27 kali

8. ISMAIL as
Nama : Ismail bin Ibrahim
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as
Usia : 137 tahun
Periode sejarah : 1911 – 1774 SM
Tempat diutus (lokasi) : Mekah al-Mukarramah
Jumlah keturunannya (anak) : 12 anak
Tempat wafat : Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya : Amaliq dan Kabilah Yaman
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 12 kali

9. ISHAQ (Ishak) as
Nama : Ishaq (Ishak) bin Ibrahim
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as
Usia : 180 tahun
Periode sejarah : 1897 – 1717 SM
Tempat diutus (lokasi) : Kota al-Khalil (Hebron) di daerah
Kan’an (Kana’an)
Jumlah keturunannya (anak): 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub
as/Israil)
Tempat wafat : Al-Khalil (Hebron)
Sebutan kaumnya : Bangsa Kan’an
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 17 kali

10. YA’QUB (Yakub/Israel/Israil) as
Nama : Ya’qub (Yakub/Israel) bin Ishaq (Ishak),
Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as
Usia : 147 tahun
Periode sejarah :1837 – 1690 SM
Tempat diutus (lokasi) : Syam (Syria/Siria)
Jumlah keturunannya (anak) : 12 anak laki-laki (Rubin,
Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar,
Zebulaon, Yusuf, dan Benyamin) dan 2 anak perempuan
(Dina dan Yathirah)
Tempat wafat : Al-Khalil (Hebron), Palestina
Sebutan kaumnya : Bangsa Kan’an
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 18 kali

11. YUSUF as
Nama : Yusuf bin Ya’qub (Yusuf bin Yakub)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Yusuf as
Usia : 110 tahun
Periode sejarah : 1745 – 1635 SM
Tempat diutus (lokasi) : Mesir
Jumlah keturunannya (anak) : 3 anak (2 laki-laki, 1
perempuan)
Tempat wafat : Nablus
Sebutan kaumnya : Heksos dan Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 58 kali

12. SYU’AIB (Syuaib) as
Nama : Syu’aib (Syuaib) bin Mikail
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Madyan ⇒
Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu’aib as
Usia : 110 tahun
Periode sejarah :1600 – 1490 SM
Tempat diutus (lokasi) : Madyan (di pesisir Laut Merah di
tenggara Gunung Sinai)
Jumlah keturunannya (anak) : 2 anak perempuan
Tempat wafat :Yordania
Sebutan kaumnya : Madyan dan Ashhabul Aikah
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 11 kali

13. AYUB (Ayyub) as
Nama : Ayub (Ayyub) bin Amush
Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub as
Usia : 120 tahun
Periode sejarah :1540 – 1420 SM
Tempat diutus (lokasi) : Dataran Hauran
Jumlah keturunannya (anak) : 26 anak
Tempat wafat : Dataran Hauran
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Amori, di daerah
Syria dan Yordania
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 4 kali

14. DZULKIFLI (Zulkifli) as
Nama : Dzulkifli (Zulkifli) bin Ayub, nama aslinya Bisyr
(Basyar)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub as ⇒ Dzulkifli
as
Usia : 75 tahun
Periode sejarah : 1500 – 1425 SM
Tempat diutus (lokasi) : Damaskus dan sekitarnya
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Damaskus
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom),
di daerah Syria dan Yordania
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 2 kali

15. MUSA as
Nama : Musa bin Imran
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Musa as
Ibunya bernama: Yukabad (riwayat lain menyebutkan:
Yuhanaz Bilzal)
Usia : 120 tahun
Periode sejarah : 1527 – 1407 SM
Tempat diutus (lokasi) : Sinai di Mesir
Jumlah keturunannya (anak) : 2 anak ( Azir dan Jarsyun),
dari istrinya yang bernama Shafura (binti Nabi Syu’aib as)
Tempat wafat : Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania
(sekarang)
Sebutan kaumnya : Bani Israil dan Fir’aun (gelar raja Mesir)
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 136 kali

16. HARUN as
Nama : Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun as
Usia : 123 tahun
Periode sejarah : 1531 – 1408 SM
Tempat diutus (lokasi) : Sinai di Mesir
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania
(sekarang)
Sebutan kaumnya : Bani Israil dan Fir’aun (gelar raja Mesir)
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 20 kali

17. DAUD (Dawud) as
Nama : Daud (Dawud, David) bin Isya
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
Usia : 100 tahun
Periode sejarah : 1063 – 963 SM
Tempat diutus (lokasi) : Palestina (dan Israil)
Keturunannya (anaknya) : Sulaiman (Sulaeman)
Tempat wafat : Baitul Maqdis (Yerusalem)
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 18 kali

18. SULAIMAN (Sulaeman) as
Nama : Sulaiman (Sulaeman, Sulayman) bin Daud (Dawud)
Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as
Usia : 66 tahun
Periode sejarah : 989 – 923 SM
Tempat diutus (lokasi) : Palestina (dan Israil)
Keturunannya (anaknya) : Rahab’an (Ruhba’am/Rehabeam)
Tempat wafat : Baitul Maqdis (Yerusalem)
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 21 kali

19. ILYAS as
Nama : Ilyas bin Yasin
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun as
⇒ Alzar ⇒ Fanhash ⇒ Yasin ⇒ Ilyas as
Usia : 60 tahun
Periode sejarah : 910 – 850 SM
Tempat diutus (lokasi) : Ba’labak (daerah di Lebanon)
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Diangkat Allah ke langit
Sebutan kaumnya : Bangsa Fenisia
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 4 kali

20. ILYASA’ as
Nama : Ilyasa’ bin Akhthub
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Yusuf as ⇒ Ifrayim ⇒ Syutlim ⇒ Akhthub ⇒
Ilyasa’ as
Usia : 90 tahun
Periode sejarah : 885 – 795 SM
Tempat diutus (lokasi) : Jaubar, Damaskus
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Palestina
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 2 kali

21. YUNUS (Yunan/ Dzan nun) as
Nama : Yunus (Yunan) bin Matta binti Abumatta, Matta
adalah nama Ibunya ( catatan : Tidak ada dari para nabi yang
dinasabkan ke Ibunya, kecuali Yunus dan Isa)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Yusuf as ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta
⇒ Yunus as
Usia : 70 tahun
Periode sejarah : 820 – 750 SM
Tempat diutus (lokasi) : Ninawa, Irak
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Ninawa, Irak
Sebutan kaumnya : Bangsa Asyiria, di utara Irak
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 5 kali

22. ZAKARIA (Zakariya) as
Nama : Zakaria (Zakariya) bin Dan
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒
Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒
Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒
Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as
Usia :122 tahun
Periode sejarah : 91 SM – 31 M
Tempat diutus (lokasi) : Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) : 1 anak
Tempat wafat :Halab (Aleppo)
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 12 kali

23. YAHYA as
Nama : Yahya bin Zakaria
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒
Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒
Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒
Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as ⇒ Yahya as
Usia : 32 tahun
Periode sejarah : 1 SM – 31 M
Tempat diutus (lokasi) : Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) : –
Tempat wafat : Damaskus
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 5 kali

24. ISA as
Nama : Isa bin Maryam binti Imran, Maryam adalah nama
Ibunya ( catatan : Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan
ke Ibunya, kecuali Isa dan Yunus)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as ⇒ Rahab’am ⇒ Radim ⇒ Yahusafat ⇒ Barid
⇒ Nausa ⇒ Nawas ⇒ Amsaya ⇒ Izazaya ⇒ Au’am ⇒ Ahrif
⇒ Hizkil ⇒ Misyam ⇒ Amur ⇒ Sahim ⇒ Imran ⇒ Maryam
⇒ Isa as
Usia : 33 tahun
Periode sejarah : 1 SM – 32 M
Tempat diutus (lokasi) : Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) : –
Tempat wafat : Diangkat oleh Allah ke langit
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : di dalam Al-
Qur’an nama Isa disebutkan sebanyak 21 kali, sebutan al-
Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam
sebanyak 23 kali

25. MUHAMMAD saw
Nama : Muhammad bin Abdullah
Garis Keturunan Ayah : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒
Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒
Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir
⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒
Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur
⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒
Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒
an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒
Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu
Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒
Muhammad saw
Garis Keturunan Ibu : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan
⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒
Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒
Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar
⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar
⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒
Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒
Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad saw
Usia : 62 tahun
Periode sejarah : 570 – 632 M
Tempat diutus (lokasi) : Mekah al-Mukarramah
Jumlah keturunannya (anak) : 7 anak (3 laki-laki (Qasim,
Abdullah & Ibrahim) dan 4 perempuan (Zainab, Ruqayyah,
Ummi Kultsum & Fatimah az Zahrah)
Tempat wafat : Madinah an-Nabawiyah
Sebutan kaumnya : Bangsa Arab
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 25 kali secara
jelas


[ Sumber : Sebuah catatan di Facebook ]

Sabtu, 05 September 2015

Bersatu Bahu Membahu Mensukseskan Program JAMMAS

Setelah palu diketok tanda dimulainya program JAMMAS seluruh civitas Al-Zaytun bergerak. Tujuannya hanya satu agar Masjid Rahmatan Lil Alamin segera selesai. Koordinator yang tersebar di seluruh Jawa, bertanggung-jawab mengumpulkan jahte yang akan dijadikan bibit. Setiap hari di akhir Desember tahun 2014 lalu mereka mencari dan menelisik dimana kebaradaan jahe gajah bermutu tinggi yang bisa dikembangkan untuk bibit. Ini bukan pekerjaan mudah, karena volume jahe yang akan dijadikan bibit jumlahnya ribuan kilogram. Boleh dibilang ini tak sekadar bibit biasa yang umumnya tidak memerlukan jate terlalu banyak.

Pencarian bibit memang menjadi salah satu langkah paling krusial meski tidak bisa dikatakn langkah pertama suksesnya program JAMMAS. K. Sejalan dengan agenda arena ditargetkan penanaman jahe unutk bibit ini harus selesai Januari 2015 atau hanya satu bulan bagitu gong ditabuh tanda dimulakannya program JAMMAS. Sejalan dengan agenda kerja bahwa jahe akan dipanen saat berumur sepluh bulan yang direncanakan Oktober 2015. Hasil panen pertama inilah yang akan dikembangkan untuk skala lebih luas, direncanakan memerluan 20 ton jahe.

Estimasinya satu titik tanam akan menghasilkan 20 kg jahe, untuk mendapatkan 20 ton itu diperlukan seribu titik tanam. Jika rata0rata stu titik tanam memerlukan dua kg, maka start pertama untuk bibit ini dibutuhkan dua ton jahe. Itu belum ditambah spare karena sudah barang tentu ada jahe yang tidak layak untuk bibit.

Kerja keras kemudian menjadi kata kunci keberhasilan. Jika agenda selesai tanam memerlukan waktu satu bulan, untuk penyediaan bibit pastilah lebih cepat dari dari itu. Karena Jahe yang akan dijadikan bibit mesti dipilah dan dipilih. Jadi para coordinator ini maksimal hanya mempunyai waktu setengah bulan untuk mencari jahe-jahe yang akan dijadikan bibit.

Mencari sumber-sumber penghasil jahe dan kantong-kantong jahe baik skala besar maupun kecil kemudain menjadi satu keharusan. Dimana pun, dari ujung timur Jawa sampai Banten jika mendapat informasi keberadaan jahe dalam jumlah besar akan diburu. Tidak mengenal waktu apakah pagi, siang atau sore, bahkan malam sekalipun. Karena pendeknya waktulah yang mengejar para koordinator.

Hasil kerja keras dalam waktu singkat itu melegakan semua civitas Al-Zaytun. Karena jerih payah selama dua Ahad itu membuahkan hasil yang mengembirakan. Ratusan peti berisi puluhan jahe siap untuk bibit mampu didatangkan oleh para koordinator. Memang tidak sekaligus, mengingat sulitnya mencari jahe dalam skala besar dalam satu tempat. Terkadang para koordinator hanya mendapatkan puluhan kilogram jahe dalam satu lokasi yang sudah didatangi. Tetapi itu tak jadi soal. Dari hanya puluah kilogram ini kemudian dikumpulkan dalam satu tempat sampai volumenya layak untuk dikirim ke Al-Zaytun. Bukan hanya pantas berkaitan dengan kuantitas saja, perkara bensin menjadi salah satu pertimbangan.

Alhasil jahe yang akan dijadikan bibit tibanya tidak serentak. Bartahap ! Keuntungan dari kedatangan jahe secara bertahap ini adaah tetap terjaganya kualitas jahe yang akan dijadikan bibit karena begitu samapai di Al-Zaytun langsung disortir dan ditanam mana yang layak untuk bibit atau sebaliknya. Jahe pun tidak mengalami penumpukan yang bisa mengakibatkan kebusukan.

Selain itu efisiensi tenaga kerja juga menjadi salah satu yang menjadi kelebihan. Karena jika jahe datang serentak sesuai dengan target pastilah untuk memilahnya memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Itu belum termasuk ketelitian saat penyortiran. Barang dengan volume besar proses memilihnya jauh lebih sulit.

Saat para koordinator “gerilya” mencari jahe, relawan di Al-Zaytun mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan proses tanam. Empat lokasi disiapkan. Semuanya di dalam kampus Al-Zaytun. Ada yang di sebelah timur Waduk Istisqa’, di utara Masjid Rahmatan Lil Alamin, dan satu lagi di samping utara kantin umum. Sisanya di depan Gedung Perkuliahan Soeharto, tepatnya di lokasi yang akan dijadikan Gedung Pembelajaran Ir. Ahmad Soekarno.

Sistem yang digunakan untuk penanaman pembibitan tak ubahnya seperti proses pengolahan tanah untuk tanam bawang merah, berupa bedengan. Lajur-lajur bedengan dibentuk lebar kurang lebih dua meter. Di atas bedengan inilah karung-karung yang sudah diisi media tanam sebagai tempat nenaman jahe diletakan. Setiap bedengan diisi sebanyak empat karung berjejer dan berbanjar sepanjang bedengan tersebut. Pola bedengan ini dibuat ujuannya tak lain agar tanaman jahe tidak terendam ketika hujan turun. Kanan kirinya dibentuk selokan-selokan sebagai saluran air dan tempat lalu-lalang petugas yang merawat jahe.

Bersamaan penyediaan lahan, pembuatan media tanam pun dilakukan. Ribuan kubik tanah dengan kandungan unsur hara cukup diambil dari beberapa tempat yang ada di sekitar Kampus Al-Zaytun. Tanah ini kemudian dicampur dengan pupuk kandang dari peternakan Al-Zaytun. Ditambah pula sekam yang merupakan “limbah” penggilingan padai yang dimiliki Al-Zaytun. Perpaduan unsur-unsur tersebut diharapkan menjadi sebuah media tanam yang “mak nyus” untuk tumbuh kembangnya bibit-bibit jahe.

Lantaran volumenya sangat besar proses pencampuran untuk media tanam ini tidak manual, menggunakan cangkul misalnya. Backhoe yang biasanya digunakan untuk mengeruk tanah menjadi pilihan yang tepat. Dengan alat berat ini tanah, pupuk kandang dan sekam yang berpuluh-puluh kubik akan cepat tercampur dengan rata sesuai perbandingan yang diinginkan.

Puluhan relawan setiap hari bertugas memasukan media tanam yang sudah jadi ke dalam karung-karung yang telah di desain khusus. Ada yang bertugas menyerok dan memasukan media tanam ke dalam karung, ada yang bagian memegangi karung. Ada pula yang mendapat jatah menata karung-karung yang sudah diisi. Mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab yang diselingi canda tawa seakan tidak mengenal lelah dalam menyelesaikan tugas. Sebagai bentuk respon positif dengan adanya program JAMMAS ini.

Karung-karung yang sudah terisi media tanam “diterbangkan” menuju lokasi yang telah dipersiapkan. Truk pengangkut siap memberangkatkan ke lokasi yang jauh dari pencampuran media. Sedangkan yang sudah didekat lokasi, media itu diangkut dengan dipikul secara bergotongan untuk diletakan di atas bedengan. Hilir-mudik pengangkutan media tanam ini seakan menjadi kegiatan olahraga relawan Al-Zaytun.

Di atas lahan bedengan yang sudah terbentuk, karung-karung itu dijejer berbaris. Pengaturannya pun ditata sedemikian rupa supaya terlihat rapid an teratur. Ketika kita memandang laksana menyaksikan ratusan bahkan ribuan tentara yang berbaris dalam regunya masing-masng. Di dalam polybag itulah bibit-bibit jahe “diternak” hingga kelak menjadi “keluarga besar” yang mampu memenuhi kebutuhan bibit puluhan bahkan ratusan hektar lahan JAMMAS.




Three-red-handdrawn-down-arrows


Ternyata Wali Songo Dakwah Atas Perintah Khalifah

Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?

Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.

Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.

Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.

PERIODE DAKWAH WALI SONGO

Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.

Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).

Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit.

Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.

Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka.

Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung.

Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.
Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah.

Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah.

Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922).

Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.

Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani.
Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di 
Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah.
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.

KESIMPULAN

Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.

- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.
- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.
- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.
- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.

Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.


Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.


Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim


Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim


Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim


Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim


(Dari berbagai sumber)



Three-red-handdrawn-down-arrows


Lima Masjid Bersejarah di Amerika Serikat

Amerika Serikat memiliki sejumlah masjid yang tersebar di beberapa negara bagian. Huffington Post menulis lima masjid bersejarah di negeri tersebut diantaranya adalah :

Islamic Center or Washington


Bangunan ini terletak di Embassy Row, tempat berkumpulnya sejumlah kedutaan besar asing Tempat pusat kegiatan Islam itu memiliki dua peranan penting, yaitu dalam ibadah dan sejarah.


Awalnya, pembangunan sebuah masjid di Washington DC lahir dari diskusi antara M abu Al-Hawa dan mantan duta besar Mesir Mahmood Hassan Pasha pada tahun1944. Bangunan bersejarah tersebut dirancang oleh seorang arsitek dari Italia, Mario Rossi, dengan rancangan eksteriornya mengikuti arsitektur masjid di Timur Tengah.

Bangunan Islamic Center juga menggabungkan berbagai budaya Muslim, seperti lampu kaca dari Mesir, karpet tradisional dari Iran, jendela kaca patri dari Maroko, dan sumbangan lainnya memberi masjid identitas Islam Global.

Pada saat peresmiannya tahun 1957, dalam pidatonya, Presiden Dwight Eisenhower memuji tradisi belajar dan budaya yang kaya bagi dunia Islam yang memiliki pengaruh penting dari peradaban dunia selama berabad-abad.

Islamic Center of Southern California

Didirikan pada 1952, Islamic Center Kalifornia Selatan merupakan satu-satunya masjid di Los Angeles. Pada saat itu, sebagian besar peserta masjid adalah mahasiwa asing Muslim yang bersekolah di UCLA dan University of Southern California.

Pada tahun 1960, imigran muslimpun berdatangan ke daerah Los Angeles. Mereka berasal dari Burma, Mesir, India, Pakistan, Irak dan Iran, banyak di antara mereka langsung menjadi anggota masjid.

Sampai saat ini, ribuan orang shalat berjamaah di masjdi tersebut setiap Jumat. Masjid tersebut juga telah menjadi pusat kajian Islam dan salah satu masjid terbesar di California Selatan.

Mother Mosque of America

Setelah dikenal sebagai the Rose of Fraternity Lodge, Mother Mosque of America mungkin merupakan bangunan pertama yang dibangun sebagai sebuah masjid di Amerika Utara. Pada awal abad 20, banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, kebanyakan dari mereka bekerja sebagai petani atau pemilik toko di Modwest.

Kota Iowa sangatlah populer bagi umat Islam untuk menetap dan merupaka kota yang pertama mengundang imam untuk memberikan ceramah doa di ibu kota negara, Des Moines.

Kemudian, pada tahun 1971, dibangun Islamic Center Cedar Rapids, menggantikan tempat ibadah yang kecil. Kemudian 20 tahun berikutnya, beberapa pemilik merasa bangunan masjid memburuk sampai Dewan Islam Iowa dibeli dan diperbarui serta dikembalikan sebagai pusat kebudayaan Muslim pada tahun 1990.

Mother Mosque of America terdaftar sebagai bangunan bersejarah di Iowa dan masuk ke dalam bangunan bersejarah secara nasional pada tahun 1966 dan disebut sebagai Moslem Temple.

Teledo Islamic Center

Imigran Muslim dari Suriah dan Lebanon pertama kali datang ke Toledo sekitar tahun 1900. Sekitar tahun 1954, komunitas Muslim tersebut membangun Toledo Islamic Center di dekat pusat kota.

Karena pertumbuhan masyarakat, para pemimpinpun mulai membuat rencana untuk fasilitas baru pada tahun 1970-an. Pada tahun 1983, masjid dengan menara kembar dan kubah di Perrysburg Township merupakan masjid pertama dengan arsitektur seperti itu. Kini Islamic Center of Greater Toledo mewakili Muslim yang berasal dari 23 negara.

Akhirnya, jamaah Toledo Msjid Al-Islam membeli sebuah bangunan dua lantai yang awalnya digunakan sebagai laha perkantoran. Setelah dibeli, bangunan itu kemudian dibangun dan dinamakan kembali sebagai Masjid Al-Islam sejak lima tahun yang lalu.

Dearborn Mosque

Masjid Dearborn dianggap masjid tertua kedua di Amerika Serikat yang dibangun pada tahun 1937. Terletak tepat di Kota Detroit dan merupakan rumah bagi populasi Arab-Amerika yang terbesar di negara itu, masjid terentang di hampir satu blok panjangnya.

Sebagai komunitas Muslim, di daerah Detroit terus tumbuh sepanjang tahun 1960-an dan 1970-an, masjid juga menjadi pusat kegiatan sosial bagi penduduk.

Selama periode ini, perintah pengadilan mengizinkan masjid untuk melantunkan azan melalui pengeras suara yang pertama kali terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun 2000, masjid direnovasi dari sekitar 7.300 meter persegi menjadi lebih dari 14.630 meter persegi. Akibatnya, layanan liburan yang begitu populer sering harus diadakan di tempat parkir. Saat ini, seluruh fasilitas sudah meluas menjadi 30.480 meter persegi.





Three-red-handdrawn-down-arrows


Senin, 06 Juli 2015

Saatnya Penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin dengan Program Jammas


Pembangunan masjid selalu menjadi magnet bagi siapa saja. Orang akan dengan iklhlas mengulurkan tanggannya mengeluarkan shodaqoh demi terwujudnya rumah Allah. Itu terbukti dalam Program JAMMAS. Banyak orang berlomba-lomba menafkahkan hartanya di jalan kebenaran. Nilainya pun tak ala kadarnya dari jutaan rupiah hingga ratusan juta rupiah. Mereka berlomba Fastabiqul Al-khoirot.

Caranya setiap satu karung tanaman jahe “dinilai” Rp 20.000. Ini untuk memudahkan pernghitungan sehingga siapapun yang berhasrat untuk mensuksweskan pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin cukup menyebut berapa karung sudah bisa dikalkulasi rupiah yang akan disumbangkan. Situasi acara sumbangan untuk Masjid Rahmatan Lil Alamin ini terkadang tak ubahnya lelang kebaikan. Misalnya ada donator yang sebelumnya hanya berniat bershodaqoh 500 karung, karena melihat dan mendengar donator yang lain berdonasi lebih tinggi maka ia pun menaikan nilai shodaqohnya.

Syaykh Al-Zaytun menjelaskan, donator yang datang untuk penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin bukanlah orang yang mempunyai maal yang lebih. Rasullullah menyebutnya sebagai kaum duafa. Duafa itu merupakan masyarakt grass roots yang sering diartikan masyarakat bawah itu bukan berarti orang-orang yang tidak mampu, justru merekalah yang mempunyai kekuatan yang bisa menggerakkan segala macam dalam makna positif.

Duafa juga bukan berarti lemah tanpa mempunyai perhitungan yang dafiq (shaleh), yang mampu menciptakan nashr (pertolongan) dan membawa rezeki. Innama tunsharuuna wa turzaquuna bi duafaaikum (sesungguhnya kalian ditolong dan dibiayai orang-orang duafa) (HR. Ahmad).

Siti Aliyah misalnya, nenek berusia 72 tahun asal Desa Mondo, Kec.  Maja, Kab. Kediri, Jawa Timur, sanggup bershodaqoh 1.000 karung. Jika dirupiahkan sejumlah 20 juta. Angka yang sangat besar. Sehari-hari Alifyah hanya berdagang rempeyek. Rencananya uang sebanyak itu akan diberikan secara bertahap selama sepuluh bulan. Jadi rata-rata tiap bulan Akfiyah akan menyumbang sebesar Rp 2 juta . Alfiyah meyakini dengan bershodaqoh untuk penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin rejekinya tidak akan berkurang bahkan bertambah. “Saya ini sudah tua, cari uang tiap hari buat apa?” katanya.

Hanifah perempuan umur 69 tahun dari Pontianak, Kalimantan Barat, datang dalam keadaan fisik kurang baik, kakinya sakit harus dibantu dengan kursi roda. “Untuk berdiri saja saya tidak bisa, tapi untuk JAMMAS saya mesti datang,” katanya. Sebelum naik di puncak Masjid Rahmatan Lil Alamin pikirannya berubah, niat shadaqahnya pun bertambah menjadi 1.000 karung. Azamnya kiang melambung setelah mendapat penjelasan tentang JAMMAS saat bersilahturahim dengan Syaykh Al-Zaytun. “Saya tetapkan bershadaqah 1.850 karung, atau Rp 37,5 Juta,” kata Hanifah.

Kabar Jahe Al-Zaytun Membangun Masjid juga sampai ke telinga Muslim Hamid lealki berumur 37 tahun yang sehari-hari menjadi juru parker di pusat perbelanjaan Muara Bungo, Jambi. Jiwanya langsung tergerak begitu informasi penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin diperolehnya. Muslim berangkat ke Al-Zaytun seorang diri meninggalkan istrinya yang sedang berdagang pisang. Lima belas juta rupiah menjadi tekadnya bershadaqah untuk Masjid Rahmatan Lil Alamin. Jumlah ini pastilah tidak sedikit bagi juru parker seperti Muslim yang pendapatannya tak menentu. “Nilai dana yang saya niatkan memang cukup besar, tetapi semua kan untuk kebaikan,” kata Muslim.

Faturahman siswa kelas V SD asal Aceh saat datang bersama sang ayah Asril juga tak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi. Ia yang masih berumur 11 tahun ini jelas belum mempunyai penghasilan, namun begitu mendengan program JAMMAS hatinya tergerak, uang jajan pemberian dari sang ayah akan dikumpulkan, diserahkan untuk Rahmatan Lil Alamain. Bagi Faturahman sedikit mengurangi kesenangan untuk jajan tak jadi soal. Ikut tercatat sebagai anak yang terlibat dalam pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin adalah sebuah kemulian jiwa. Tujuh ratus lima puluh karung setara dengan Rp 15 juta merupakan azam yang diucapkannya.

Kelompok anak muda yang kerap dianggap suka hura-hura dan foya-foya juga tidak mau ketinggalan. Alimah misalnya, bersama Hendrik, Sose, dan Nurul, tiga rekan bisnisnya dibidang pembuatan coklat, semula atas nam kelompok usahanya berhasrat member 2500 karung. Namun Syaykh Al-Zaytun mengatakan jiga menyumbang atas nama kelompok tidak ada bin (nama ayah)-nya. “Bin itu merupakan doa anak kepada orang tua,” kata Syaykh menjelaskan pentingnya bin setelah nama seseorang.

Mendengar penjelasan itu Alimah berubah pikiran, 2500 karung pun dibagi empat, plus 300 karung dari kocek pribadi. Akhirnya anak-anak muda ini masing-masing mengazamkan kurang lebih 925 karung atau hampir 20 juta rupiah.

Dari kalangan guru Al-Zaytun, Usth. Kokom Komariah yang sehari-hari mengajar bahasa Indonesia bershadaqah Rp 20 juta sama dengan 1000 karung. Jumlah yang sangat besar bagi seorang pendidik yang sudah bisa diukur berapa pendapatan perbulannya.

Relawan Al-Zaytun juga tak mau ketinggalan turut ambil bagian dalam penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin. Mereka yang kesehariannya berada di Kampus Al-Zaytun untuk mengerjakan berbagai pekerjaan menjadi kelompok paling awal ambil bagian dalam membantu pendanaan Masjdi Rahmatan Lil Alamin. Hanya hitungan jam saat program JAMMAS digulirkan mereka berbondong-bondong datang menjadi donator. Tak sampai satu bulan semua relawan yang jumlahnya lebih seribu orang itu sudah tercatat menjadi donator dengan besaran sumbangan variatif. Semuanya dibayar cash.
Dari kalangan usahawan tak kalah banyaknya dengan nilai uang yang disumbangkan juga tak sedikit, seperti Nova dan Syaiful Hadi dari Jakarta Pusat, Amir Marzuki dari Jakarta Selatan, dan Supriadi dari Bekasi yang sama-sama menyumbang 5.000 karung atau Rp 100 juta. Subaharman dan istrinya Aghia dari Banten masing-masing menyumbang sebesar 10.000 dan 7.000 karung.

Fikri Naufal asal Bekasi tidak mau menyia-nyiakan dalam berlomba untuk kebaikan. Dengan mantap pria ini mengzamkan 10.000 karung setara Rp 200 juta. Menurut Fikri sejak lama ia ingin melihat selesainya Masjid Rahmatan Lil Alamin. Maka begitu ada program JAMMAS Fikri segera menyambut. “Saya ingin membuat kenangan dalam hidup saya dengan ikut membangun Masjid Rahmatan Lil Alamin,” kata Naufal.

Para donator bukan hanya datang dari dalam negeri. Mereka ada juga dari Malaysia dan Singapura. Mereka adalah wali santri dan para pencinta Mahad Al-Zaytun. Seperti Ahmad Ruzizan Maphilindo dari Malaysia yang menyanggupi satu juta dolar Amerika untuk pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin.
Begitulah, berlomba-lomba dalam kebaikan unutk penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin itu masih terus berlangsung. “Man bana lillaahi masjidan banallahu lahu baytan fii al-jannah (siapa yang membangun Masjid karena Allah, akan dibangunkan rumah di akhirat. HR. Mutafaw ‘alaih) (Al-Zaytun Edisi 65-2015)



Three-red-handdrawn-down-arrows


Minggu, 28 Juni 2015

Ikhlas dan Penuh Antusias menyambut Program JAMMAS


Hingga awal April 2015 lebih dari 17 ribu orang berbondong-bondong datang ingin menjadi bagian dari penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin. Jarak, waktu, tenaga, dana, dan keluarga tak jadi soal. Jarak Aceh dan Indramayu pastilah tidak pendek. Jika menggunakan bus memakan waktu yan tidak singkat. Perlu tiga sampai empat hari perjalanan. Namun , bagi T.Puteharys, jarak tak menjadi masalah. Meski usianya sudah tak lagi muda, hampir mendekati 70 tahun, kakek ini tetap antusias dan semangat datang ke Al-Zaytun. Tujuannya hanya satu, ikut menyukseskan program JAMMAS.

Bersama 15 orang Aceh, Sabtu 28 Pebruari 2015 saat tiba di Al-Zaytun, tak mengenal lelah setelah menempuh perjalanan ribuan kilometer, Puteh yang kakinya (maaf) sudah tidak berfungsi dengan baik, harus dibantu kursi roda, langsung tawaf, berkeliling dengan menaiki lebih dari 300 anak tangga mulai lantai pertama sampai puncak Masjid Rahmatan Lil Alamin yang berlantai tujuh itu.

Puteh hanyalah satu dari ribuan orang sejak program JAMMAS disosialisasikan akhir tahun 2014. Tua, muda, laki-laki dan perempuan, beragam profesi, dari pedagang, pengusaha, guru, ibu rumah tangga, pegawai negeri, petani, mahasiswa, pegawai kantor dan lain sebagainya selama program JAMMAS “diluncurkan” tumplek blek seperti semut mendatangi gula ke Al-Zaytun.

Hingga awal April 2015 tercatat 17.254 orang datang ke Al-Zaytun menyatakan memberikan dukungan dan ambil bagian terhadap pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin. Jumlah ini dipastikan akan terus meningkat mengingat sampai detik ini masih banyak masyarakat yang antusias andil dalam program JAMMAS.

Melihat data pada pekan pertama April 2015 itu, rata-rata setiap bulan empat ribu orang lebih ke Al-Zaytun untuk menjadi bagian dari program JAMMAS. Mereka datang berombongan, puluhan, belasan bahkan ratusan orang. Jika tidak mempunyai keinginan yang kuat dalam diri, mustahil ini terjadi. Apalagi mereka datang dari berbagai tempat di seluruh nusantara, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sampai negeri jiran Malaysia.

Padahal program JAMMS ini tidak diumumkan melalui media cetak, televise ataupun radio. Hanya lewat mulut ke mulut, atau getok tulas, namun animo masyarakat ternyata sangat tinggi. Bayangkan betapa dasyatnya jika melalui media masa. Ini membuktikan tak susah mengajak masyarakat untuk berjalan direl kebaikan.

Ketika tulisan ini dibuat pertengahan April 2015, setiap pekannya masih ratusan orang datang untuk berpartisipasi menyelesaikan Masjid Rahmatan Lil Alamin. Ini bukan berarti menunjukan adanya penurunan dibandingkan pada awal-awal program JAMMAS digemakan yang setiap harinya ratusan orang datang untuk menafkahkan harta demi cita-cita terwujudnya tempat ibadah umat Islam yang megah, tetapi lebih kepada rencana pada September 2015 ini sebanyak 22.000 orang harus sudah siap mendonasikan hartanya. Artinya tak sampai lima ribu orang. Artinya pada bulan April 2015 sudah mencapai 17.000 berarti tak sampai lima ribu orang rencana 22.000 orang akan dicapai. Dan jika dihitung dari April masih ada waktu lima bulan lagi sampai bulan Sembilan.

Kenapa untuk menjadi dinatur saja kok mesti ke Al-Zaytun? Mengapa bukan uangnya saja yang “mendatangi”? Praktis dan gampang. Tak perlu repot. Jika berpikir sederhana memang begitu. Akan tetapi ini bukan hanya soal uang. Uang memang diperlukan, akan tetapi bertemu sesame dinatur dan melihat langsung Masjid Rahmatan Lil Alamin yang berdiri kokoh juga sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar. Dari melihat langsung Masjid yang akan menajdi kebanggaan umat Islam inilah rasa memiliki akan timbul. Dan semakin menjadi mengerti beta besarnya umat Islam. “Saya benar-benar terkesima setelah sampai di puncak Masjid Rahmatan Lil Alamin,” kata Safi’ih Arep, donator dari Tangerang dengan suara tersendat-sendat menahan haru.

Ribuan “Safi’ih” mengalami “sesak nafas” dan tak bisa berkata-kata karena terpana. Kondisi ini sulit terjadi jika mereka tak memiliki girah terhadap program JAMMAS. Untuk sampai di Al-Zaytun banyak hal yang mesti dipertimbangkan (dalam makna positif), waktu harus diatur agar tak bebenturan denga kegiatan yang lainnya, tenaga mesti dipersiapkan agar tetap fit setelah menempuh perjalanan jauh. Tak jarang pekerajaan juga harus ditinggalkan untuk sementara. Itu hanya diantaranya. Tetapi jiga kemudian para donator ini rela mengorbankan semua yang sudah menjadi rutinitasnya, jawabnya apalagi kalau bukan karena antusias menyambut program JAMMAS.

Paling tidak untuk mengikuti kegiatan program JAMMAS ini para donator memerlukan waktu satu hari dua malam, jika berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Misalnya, dari Jakarta Sabtu malam, maka pada Ahad mereka akan mengikuti kegiatan program JAMMAS seperti tawaf, silahturahim denga Syaykh Al-Zaytun dan menyampaikan jumlah dana yang akan dishadaqahkan. Ahad malamnya baru bertolak ke Jakarta. Bayangkan jika mereka datang dari Surabaya, atau daerah lain di luar Jawa. Pastilah membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Bahkan agar tak sampai terlambat mengikuti acara seringkali para donator ini datang lebih awal. Seperti 15 orang calon dinatur dari Jambi. Diagendakan mengikuti acara pada Ahad 29 Maret, namun mereka tiba sehari sebelumnya. Waktu menunggu seharti tak disia-siakan, hal ihwal yang ada di Al-Zaytun “ditunjau”, Masjid Rahmatan Lil Alamin tentulah menjadi tempat “favorit” yang dilhat. Apalagi maksudnya kalau bukan semakin menumbuhkan semangat dan meneguhkan niat.

Soal antusias merespon program JAMMAS ini juga datang dari Priyagung Sambodo yang tak kalan serunya. Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang berusia 21 tahun ini begitu mendengar rencana penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin, jiwanya langsung tergerak, bak pesan berantai teman-temannya dihubungi diberikan informasi. Perjuangannya tak bertepuk sebelah tangan, taman-temannya menyambut penuh semangat. Jadwal untuk berangkat ke Al-Zaytun pun dibuat. Semua sepakat 1 Februari. Maka hari pertama Februari yang jatuh pada Ahad itu seakan menajdi ajang pembuktian bagi Agung dan teman-temannya sesame mahasiswa di Yogyakarta terlibat dalam penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin.

Cerita lain datang dari istri-istri relawan Al-Zaytun yang berdomisili di luar Indramayu. Sebagapi pendamping suami yang dalam istilah jawa kerap disebut suargo nunut, neroko katut tak mau ketinggalam mengikuti jejak sang suami yang telah lebih dulu mengikti program JAMMAS. Contohnya, Nyonya Warsun, ibu empat anak ini yang sehari-harinya bekerja di salah satu perusahaan yang lumayan bonafit di Jakarta. Ketika mengajukan cuti beberapa hari akan mengikuti acara program JAMMAS, sang manajer menoak scara halus dengan memberikan iming-iming akan di bayar lebih besar jika cuti tidka dilakukan. Namun Nyonya warsun tetap tidak bergeming. Program JAMMAS didahulukan imbalan besar sang manajer diabaikan.

Malah, beberapa orang istri relawan yang juga bertempat tinggal jauh dari Indramayu begitu tiba di Al-Zaytun sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan tak bisa langsung mengikuti acara. Mreka harus pulang karena acaranya ditunda. Kalau tidak memiliki jiwa besar untuk menjadi bagian pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin pastilah akan patah arang. Tetapi itu tidak terjadi, mereka tetap datang lagi begitu diundang. Dengan ikhlas dan Antusias menyambut Program JAMMAS.



Three-red-handdrawn-down-arrows


Sabtu, 27 Juni 2015

Program Seru Jahe Mahad Al-Zaytun Membangun Masjid Rahmatan Lil Alamin menjelang Tahun Baru 2014

Program itu digulirkan pada penghujung tahun 2014. JAMMAS begitu namanya. Singkat gampang diingat plus mudah dihafalkan. JAMMAS merupakan akronim dari Jahe Mahad Al-Zaytun Membangun Masjid Rahmatan Lil Alamin. Atau lebih tepatnya melanjutkan pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin. Masjid tujuh lantai yang berada di tengah-tengah Kampus Al-Zaytun, dapat dilihat dalam radius belasan kilometer. Tergambar betapa besarnya, dan berapa dana yang diperlukan.

Rencananya Masjid Rahmatan Lil Alamin ini akan diselesaikan selama tiga tahun mulai September atau Oktober 2015. Menara Pemuda dan Perdamaian diagendakan pada tahun pertama. Selanjutnya menyelesaikan Kubah yang akan dilapisi emas (Al Mustafa al Kubra). Tahun ketiga pemasangan granit dinding, penyelesaian lift dan escalator.

Lho, kok bisa? Hanya dengan jahe tanaman rimpang dengan rasa pedas dan hanggat yang mudah tumbuh dan tak sulit dicari dipasaran itu dapat dijadikan alat membangun Masjid Rahmatan Lil Alamin. Bagaimana caranya? Simak saja berita-berita mengenai JAMMAS, jahe Mahad Al-Zaytun membangun masjid ini.



Three-red-handdrawn-down-arrows


Rabu, 24 Juni 2015

Dialog Gus Dur dan Santri tentang Khalifah

Santri : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"
Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."
Santri : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"
 

Gus Dur : "Ya tidak tahulah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya."
Santri : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"
Gus Dur : "Iblis bilang, kalau makan buah itu katanya bisa menjadikan Nabi Adam abadi."
 

Santri : "Anti-aging gitu, Gus?"
Gus Dur : "Iya. Pokoknya kekal."
Santri : "Terus Nabi Adam percaya, Gus? Sayang, iblis kok dipercaya."
Gus Dur : "Lho, Iblis itu kan seniornya Nabi Adam."
Santri : "Maksudnya senior apa, Gus?"
Gusdur : "Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari pada Nabi Adam dan Siti Hawa."
 

Santri : "Iblis tinggal di surga? Masak sih, Gus?"
Gus Dur : "Iblis itu dulunya juga penghuni surga, terus di usir, lantas untuk menggoda Nabi Adam, iblis menyelundup naik ke surga lagi dengan berserupa ular dan mengelabui merak sang burung surga, jadi iblis bisa membisik dan menggoda Nabi Adam."
 

Santri : "Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang bisikin, tetap saja Nabi Adam yang salah. Gara–garanya, aku jadi miskin kayak gini."
Gus Dur : "Kamu salah lagi, Kang. Manusia itu tidak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal sebelum Nabi Adam lahir… eh, sebelum Nabi Adam diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi."
 

Santri : "Lah, tapi kan Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal di surga?"
Gus Dur : "Iya, sempat, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau tidak, cepat atau lambat, Nabi Adam pasti juga akan diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya, yaitu memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan mengajari Nabi Adam bahasa, kasih tahu semua nama benda. (lihat Al- Baqarah : 31).
Santri : "Jadi di surga itu cuma sekolah gitu, Gus?"
Gus Dur : "Kurang lebihnya seperti itu. Waktu di surga, Nabi Adam justru belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah beliau turun ke bumi."
Santri : "Aneh."
 

Gus Dur : "Kok aneh? Apanya yang aneh?"
Santri : "Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah Nabi Adam gagal, setelah tidak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan."
Gus Dur : "Lho, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu tidak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau tidak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau tidak melakukannya. Tapi bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru dan salah, Tuhan tahu itu. Tapi meski demikian nyatanya Allah memilih Nabi Adam, bukan malaikat."
 

Santri : "Jadi, tidak apa-apa kita bikin kesalahan, gitu ya, Gus?"
Gus Dur : "Ya tidak seperti itu juga. Kita tidak bisa minta orang untuk tidak melakukan kesalahan. Kita cuma bisa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak."
Santri : "Lalu Nabi Adam berhasil atau tidak, Gus?"
Gus Dur : "Dua-duanya."
Santri : "Kok dua-duanya?"
Gus Dur : "Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi mereka berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan."
 

Santri : "Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Gus."
Gus Dur : "Siapa bilang? Tentu saja berguna dong. Karena menyesal, Nabi Adam dan Siti Hawa dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (lihat Al-Baqarah: 37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena tidak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat."
 

Santri : "Ooh…"
Gus Dur : "Jadi intinya begitulah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ya yang iblisi itu kalau sudah salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya justru malah merasa bener sendiri, sehingga menjadi sombong."
Santri : "Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa, Gus? Tidak mengakui Tuhan?"
Gus Dur : "Iblis bukan atheis, dia justru monotheis. Percaya Tuhan yang satu."
Santri : "Masa sih, Gus?"
Gus Dur : "Lho, kan dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok."
 

Santri : "Terus, kesalahan terbesar dia apa?"
Gus Dur : "Sombong, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran."
Santri : "Wah, persis cucunya Nabi Adam juga tuh."
Gus Dur : "Siapa? Ente?"
 

Santri : "Bukan. Cucu Nabi Adam yang lain, Gus. Mereka mengaku yang paling bener, paling sunnah, paling ahli surga. Kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Mereka tuduh kafir, ahli bid'ah, ahli neraka. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka tidak mau menghormati orang lain. Kalau sudah marah nih, Gus. Orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak, mencuri kitab kitab para ulama. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh."
 

Gus Dur : "Wah, persis Iblis tuh."
Santri : "Tapi mereka siap mati, Gus. Karena kalo mereka mati nanti masuk surga katanya."
Gus Dur : "Siap mati, tapi tidak siap hidup."
Santri : "Bedanya apa, Gus?"
Gus Dur : "Orang yang tidak siap hidup itu berarti tidak siap menjalankan agama."
 

Santri : "Lho, kok begitu?"
Gus Dur : "Nabi Adam dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (lihat Al- Baqarah: 37). Bukan waktu di surga."
Santri : "Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?"
Gus Dur : "Pinter kamu, Kang!"
Santri : "Santrinya siapa dulu dong? Gus Dur."


Sumber : Perpustakaan Universitas Menyan Indonesia (UMI)



Three-red-handdrawn-down-arrows


Selasa, 23 Juni 2015

Masjid Rahmatan Lil Alamin dilihat dengan menggunakan Google Earth

Pembangunan penyelesaian Masjid Rahmatan Lil Alamin terus dilakukan dari hari ke hari. 

Pembangunan saat ini untuk penyelesaian Kubah utama dan kubah pelengkap yang akan dilapisi dengan Emas 24 karat. Sehingga nantinya, Masjid Rahmatan Lil Alamin merupakan mesjid terbesar yang mempunyai kubah emas.

Masjid Rahmatan Lil Alamin ini baru rampung sekitar 25 % dari penyelesaian, nanti setelah rampung diperkirakan bisa menampung 150.000 jamah. Dibangun di atas area seluas 6,5 hektar dan memiliki 7 lantai yang berukuran 99 x 99 meter. Lantai ketujuh disebut sebagai atap masjid, satu-satunya masjid yang atapnya  bisa menampung kurang lebih 4000 jamaah. 

Selain itu Masjid Rahmatan Lil Alamin ini memiliki lima buah kubah : satu kubah yang besar yang dikelilingi oleh empat kubah yang lebih kecil seperempat lingkaran, Empat kubah kecil itu merupakan simbol dari empat mazhab besar di dunia : Hanafi, Maliki, Safi'i dan Hambali. 

Sedangkan kubah besarnya merupakan risalah Muhammad yang menaungi keempat mazhab tadi. Dan pada setiap puncak sudut masjid terdapat delapan kubah yang melambangkan delapanpenjuru mata angin sebagai simbol seluruh penjuru dunia.
Nah, gambar di atas merupakan gambar kubah Masjid Rahmatan Lil Alamin yang dilihat dengan menggunakan Google Earth.




Three-red-handdrawn-down-arrows


Rabu, 17 Juni 2015

Membuat Keajaiban Dunia ke 8

Dalam Dzikir Jumat Syekh AS Panji Gumilang Pada tanggal 20 Pebruari 2015, disampaikan mengenai program jammas, yakni Program Jahe membangun Masjid Rahmatan Lil Alamin.

Masjid Rahmatan Lil Alamin, di rencanakan sebagai Masjid terbesar dan terindah di dunia. Semoga saja ya. Yuk kita simak apa yang disampaikan beliau dalam Dzikir Jumat tersebut di bawah ini.


Minggu, 14 Juni 2015

Masjid At-Tin di Jakarta

Masjid At-Tin adalah satu di antara dua masjid megah di kawasan TMII. Masjid lainnya adalah Masjid Diponegoro. Masjid yang mulai dibangun pada April 1997 ini menempati area tanah seluas 70.000 meter persegi dengan kapasitas sekitar 9.000 orang di dalam masjid dan 1.850 orang di selasar tertutup dan plaza. Pembangunan Masjid At-Tin selesai pada tahun 1999 dan dibuka secara umum pada tanggal 26 November 1999. Alamat Lengkapnya Ada Di Jalan Raya Taman Mini Pintu 1 Taman Mini Kelurahan Pinang Ranti, Makasar, Jakarta Timur 13560 

Nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, atau surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Qur‘an. Nama surah itu adalah At-Tin yang berarti sejenis buah yang sangat manis, lezat, dan penuh gizi. Buah ini dipercayai mempunyai manfaat yang banyak, baik sebelum matang maupun sesudahnya. 

Selain diinspirasi dari surah Al-Qur‘an, pemberian nama At-Tin sebenarnya juga merupakan upaya untuk mengenang jasa-jasa istri mantan Presiden Soeharto yang bernama Ibu Tien atau lengkapnya Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Memang, pendirian Masjid At-Tin sejak awal merupakan usaha anak-cucu Presiden Soeharto untuk mengenang ibu/nenek mereka. Pendirian masjid ini terlaksana berkat bantuan Yayasan Ibu Tien Soeharto yang merupakan yayasan milik anak-keturunan Ibu Tien Soeharto. Oleh karenanya, nama At-Tin tentu dimaksudkan sebagai doa dan perwujudan rasa cinta yang tulus dari anak/cucu kepada ibu/nenek mereka. 

Arsitektur 

Arsitektur Masjid At-Tin mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dari segi arsitektur bangunan, hiasan ornamen, maupun desain dalam dan luar ruangannya. Arsitek masjid ini adalah Fauzan Noe'man dan Ahmad Noe'man. Fauzan Noe'man merupakan anak dari Ahmad Noe'man. 

Gaya arsitektur masjid ini berusaha menonjolkan lekukan bentuk anak panah pada dinding di hampir semua sudut dan ornamen yang menghiasinya. Lekukan anak panah ini terlihat secara jelas pada bagian muka masjid dari arah pintu masuk. Dengan begitu, wisatawan yang berkunjung ke masjid ini akan dapat melihat dengan leluasa lekukan-lekukan panah yang ditampilkan, sebelum memasuki ruang dalam masjid. 

Eksterior 

Pada bagian muka (sisi timur) masjid, terdapat taman luas dengan pepohonan rindang yang mengitari plaza berbentuk lingkaran yang terbuat dari marmer berwarna krem. Dari plaza menuju arah muka masjid, terdapat jalan yang terletak di kanan dan kiri plaza. Bagian muka masjid tersebut secara terinci menampilkan tiga lekukan anak panah yang bagian tengahnya didominasi dengan warna abu-abu. Motif yang ditampilkan pada lekukan berbentuk anak panah ini sepintas menyerupai tebaran bunga, karena dihiasi oleh sejumlah gambar bermotif bunga di tengahnya. Selain tiga lekukan berbentuk anak panah tersebut, juga terdapat dua lekukan anak panah lagi (ukurannya lebih kecil) pada sisi kanan dan kiri dinding masjid. 

Selain itu juga tampak dari bagian muka masjid sebuah kubah utama yang diapit oleh empat kubah kecil. Pada bangunan kubah-kubah kecil ini juga dipenuhi lekukan berbentuk anak panah yang lebih tinggi dan runcing.

Mencoloknya lekukan, konstruksi, dan ornamen yang berbentuk anak panah pada tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancang bangun masjid At-Tin didesain se-minimal mungkin untuk mengekspos elemen estetis terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus bersambung seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling berhubungan. Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah—seperti terlukis dalam bentuk anak panah—mulai dari titik awal hingga titik akhir. 

Interior 

Kekhasan lain yang terdapat pada masjid ini adalah pintu masuk utama masjid yang terdiri dari dua dinding tanpa daun pintu. Pintu masuk ini juga berbentuk seperti anak panah. Setelah melewati pintu utama, pengunjung akan disuguhi kolam air mancur yang pada bagian pinggirnya dapat berfungsi sebagai tempat duduk para pengunjung. Kolam air mancur dengan keramik warna hijau muda ini juga berbentuk seperti anak panah. Dari arah pintu utama, pengunjung dengan mudah dapat menuju ke arah lantai dasar yang digunakan untuk ruang serbaguna, tempat wudu (pria/wanita), ruang mushaf, ruang rapat kecil, perpustakaan, ruang audiovisual, dan ruang internet. Selain ruang-ruang tertutup ini, area lantai dasar masjid ini dikelilingi teras terbuka di mana para pengunjung dapat dengan leluasa melihat ke arah taman. 

Lantai dasar masjid ini dikelilingi oleh tangga-tangga sebagai jalan menuju ke arah lantai satu. Melalui pintu utama, para pengunjung dapat menggunakan dua tangga utama dan sebuah eskalator pada sisi kanan menuju lantai satu. Alternatif lainnya, pengunjung juga dapat menggunakan empat tangga lain yang terdapat di sudut kanan kiri masjid serta satu tangga di bagian belakang masjid. 

Ruang utama untuk salat terletak di lantai satu. Di ruang ini tampak tujuh lekukan berbentuk anak panah dari keramik warna hijau tua pada bagian dindingnya. Bagian tengahnya difungsikan sebagai mihrab dan mimbar. Pada bagian sisi kanan dan kiri ruangan yang berhubungan dengan ruang teras samping ini dibatasi oleh penyekat kayu ukir yang setiap saat bisa dibongkar-pasang. Pengunjung yang berada di ruangan ini dapat melihat kerangka kubah dari dalam. Saat pengunjung mengamati bagian dalam kubah akan tampak lempengan baja tipis pada ketinggian tertentu dengan warna dasar hijau yang dikelilingi oleh kaca patri berwarna hijau-merah-kuning dan biru. Sehingga, saat matahari bersinar, cahaya yang masuk akan dipantulkan dan membentuk kombinasi warna yang mengagumkan. 

Kaligrafi 

Berbeda dengan masjid pada umumnya, penggunaan ornamen kaligrafi dalam masjid ini sangat minim. Ornamen kaligrafi hanya nampak pada dinding bagian atas ruang salat utama (lantai satu) dan sepanjang dinding pada lekukan anak panah di area mihrab dan mimbar. Dengan menggunakan cat warna hijau muda, tampak tulisan ayat-ayat Al-Qur‘an mengitari dinding ruang salat utama yang juga bisa dilihat dari arah mezanin. 

Secara umum, masjid At-Tin dikelilingi oleh koridor-koridor dengan atap yang dibentuk seperti anak panah. Koridor ini merupakan sarana bagi para pengunjung berjalan kaki menuju gedung utama masjid. Selain itu, koridor ini juga sering digunakan untuk salat, saat jemaah tidak lagi tertampung di dalam masjid. Mungkin, tujuan lain dari pembuatan koridor ini juga untuk menghindari rusaknya taman akibat diinjak oleh pengunjung. Taman ini memang banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman, seperti palm, tanaman merambat, dan rerumputan. Sekilas taman ini nampak seperti padang rumput yang terpetak-petak karena diberi jalur setapak bagi pejalan kaki. Di area rerumputan ini juga terdapat empat kolam air mancur berbentuk bunga mekar yang pada bagian dindingnya bisa difungsikan sebagai kran tempat wudu. 

Fasilitas Pendukung 

Masjid At-Tin memiliki berbagai fasilitas pendukung seperti warung makan, ruang rekreasi/TV, ruang internet, perpustakaan, rumah dinas Imam Besar, mess muazin, rumah penjaga, ruang kegiatan, ruang kelas, dan lahan parkir yang dapat menampung 100 sepeda motor, 8 bus, dan 350 mobil. Di samping fasilitas-fasilitas pendukung, masjid ini juga sering menyelenggarakan kegiatan seperti diskusi tema khutbah sebelum salat jumat, kuliah Ahad Duha berbentuk cermah dan diskusi, pengajian tafsir Al-qur‘an (Tafsir Jalalain) setiap Minggu pagi (08.00—11.00 WIB), pengajian karyawan, seminar keagaman, tablig akbar, dan peringatan hari besar Islam.



Three-red-handdrawn-down-arrows