Senin, 08 Juni 2015

Masjid Rahmatan Lil-Alamin

Selain dikenal megah, bersih dan gagah, Masjid Rahmatan Lil ’Alamin Ma’had Al-Zaytun (MAZ) juga diperkirakan memiliki daya tahan bangunan  ratusan tahun hingga puluhan abad yang setara dengan bangunan-bangunan monumental di dunia yang sebelumnya sudah terukir dalam sejarah.

Bangunan Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin merupakan induk dari semua karya besar yang monumental di ma’had ini, yang diyakini di masa mendatang akan mengukir sejarah sebagai simbol kebangkitan dan kebesaran bangsa Indonesia.

Bangunan Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin memiliki perpaduan gaya arsitektur secara menyeluruh dari semua gaya arsitektur yang ada di dunia ini yang memiliki nilai estetika universal.

Kesimpulannya adalah Ma’had Al-Zaytun memiliki bangunan dan kegiatan yang terpusat pada Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin yang dibangun menjadi kawasan pendidikan terpadu yang monumental.

Dipercaya bahwa pada masa mendatang monumen ini akan memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi dan setara dengan bangunan-bangunan monumental dunia yang bersejarah yang tentunya juga bisa dinikmati oleh generasi berikutnya.

Misalnya bangunan monumental Islam kompleks masjid Cordoba, Madinat Az-Zahra dan Istana Al-Hamra di Spanyol.

Atau bisa juga seperti bangunan-bangunan monumental Mesir, Romawi, Dinasti Cina klasik, kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang memiliki nilai sejarah tinggi dengan bangunan yang bisa bertahan hingga ratusan atau ribuan tahun.

Setiap bangunan yang didirikan di MAZ, harus memenuhi persyaratan pokok yaitu memiliki daya tahan yang lama serta aman untuk difungsikan sesuai hajat ma’had.

Setiap bangunan tersebut harus cukup kuat dan memiliki kemampuan untuk memikul pembebanan yang terjadi baik pembebanan horizontal ataupun vertikal dalam jangka waktu yang sangat lama.

Kekuatan bangunan tersebut dirancang dengan menggunakan kekuatan material (elemen-elemen) konstruksi yang berkualitas dan diproses (dikerjakan) dengan pengerjaan yang cerdas dan telaten.

Syaykh al-Ma’had AS Panji Gumilang yang merupakan grand architect dari MAZ mengungkapkan bahwa sistem kontrol bangunan dilakukan dengan sistem pengendalian sumber daya atau biaya, mutu dan waktu (BMW).

Sistem kontrol bangunan  dilakukan sejak awal baik mutu bahan bangunan, mutu sumber daya manusia serta mutu peralatan bangunan.

Proses dan sistem pembangunan di Ma’had Al-Zaytun termasuk menarik karena semua dilakukan dengan tenaga ma’had sendiri yang sudah teruji profesional, serta memegang prinsip ibadah, amanah dan akhlak.

Misalnya mulai dari planning, proses pengerjaan, hingga pemeliharaan yang semuanya dilakukan dalam 1 manajemen internal yang terkendali dan terpadu 24 jam setiap harinya atau tanpa batas waktu.

Dengan manajemen pembangunan internal yang terpadu seperti ini maka tentu saja biaya untuk proses pembangunan bisa ditekan hingga 1:3 namun kualitas bangunan bisa tetap terjamin dengan baik.

Untuk memperkuat perencanaan dalam perkembangan selanjutnya dalam bidang arsitektur maka Tim Ma’had Al-Zaytun yang dipimpin oleh Syaykh Al-Ma’had AS Panji Gumilang dengan tim yang beranggotakan M Yusuf Rasyidi, M Natsir Abdul Qadir, dan Ir Bambang Abdul Syukur yang melakukan studi banding ke Andalusia (Spanyol) dan Eropa.

Studi banding ini dilakukan berkaitan dengan masalah pendidikan pada umumnya, serta untuk menelusuri lengkung-lengkung arsitekur dunia yang memiliki keindahan dan nilai sejarah yang tinggi.

Kubah (Dome)

Bangunan kubah (dome) dari dalam masjid dilapisi dengan menggunakan bahan emas dengan makna atau harapan supaya bangsa Indonesia memiliki kualitas seperti emas.

Kunjungan itu telah pula memperluas wawasan dan memompakan spirit yang lebih besar serta meresapkan sentuhan-sentuhan keindahan karya-karya besar arsitektur klasik dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ma’had ini.

Semua masukan yang diberikan menambah kekayaan ide arsitektur yang memiliki estetika dan bernilai tinggi yang bersifat universal yang dirancang dalam bangunan gedung-gedung di Ma’had Al-Zaytun termasuk dengan rancangan bangunan Masjid Rahmatan Lil’Alamin.

Para perencana dan arsitek di MAZ bisa disejajarkan dengan para arsitek Abbasiyah yang membangun kompleks Masjid Cordoba, Madinat Az-Zahra dan Istana Al-Hamra di Spanyol maupun pembuatan parit (khandaq) yang dibuat oleh Salman Al-Farisi yang dibuat mengelilingi kota Madinah.

Hal ini dikarenakan bangunan di Ma’had ini memiliki konstruksi dan arsitektur dengan kualitas bangunan yang sejajar.

Hasil karya dari tim perancang pembangunan MAZ ini kelak akan menjadi sejarah yang sangat penting yang di masa mendatang nanti diharapkan akan menjadi bukti sejarah dari kebangkitan bangsa Indonesia dan umat Islam sebagaimana karya dari arsitek Abbasiyah dan Salman Al-Farisi yang dicatat menurut jamannya masing-masing.

Maket

Masjid Al-Hayat merupakan masjid pertama yang dibangun untuk kesiapan I’dadi berlantai 3 yang dibangun di atas tanah seluas 5.000 m2 dengan daya tampung sekitar 7 ribu jamaah.

Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 1 Januari 1999 yang proses pengerjaannya membutuhkan waktu sekitar 3 bulan.

Setelah itu jumlah pertumbuhan santri dan penghuni MAZ meningkat dengan pesat sehingga hal ini membuat Masjid Al-Hayat sudah tidak bisa menampung jamaah lagi terutama pada hari Jumat.

Hal ini membuat MAZ harus membangun sebuah masjid baru secepatnya yang kemudian diberi nama Masjid Rahmatan Lil ’Alamin.

Masjid Rahmatan Lil ’Alamin berdiri di atas tanah 6,5 hektar dengan ukuran luas 99 m x 99 m yang berlantai enam dan memiliki daya tampung sebanyak 150 ribu jamaah.

Masjid Rahmatan Lil ’Alamin merupakan masjid terbesar di dunia yang proses pembangunannya membutuhkan biaya sebesar 14 juta Dollar AS (sekitar Rp 136 Milyar).

Nantinya bangunan Al-Hayat akan difungsikan sebagai perpusatakaan MAZ setelah Masjid Rahmatan Lil ’Alamin digunakan.

Peletakan batu asas masjid Rahmatan Lil ’Alamin dilakukan oleh R Nuriana, Gubernur Jawa Barat saat itu pada tahun baru Hijriah 1 Muharam 1421 H.

Pembangunan dari Masjid Rahmatan Lil ’Alamin bisa disebut sebagai monumen kebesaran umat Islam di Indonesia dan satu tonggak sejarah pembangunan sebagai simbol umat Islam.

Selain memiliki daya tampung jamaah yang banyak dengan areal yang luas, Masjid Rahmatan Lil ’Alamin juga memiliki seni artistik yang sangat tinggi.

Belum lagi ditambah dengan adanya kubah (dome) yang berukuran besar dan dilapisi dengan bahan yang seperti emas dengan makna supaya Indonesia bisa tampil dengan kualitas seperti emas.

Pelaksanaan acara peletakan batu asas masjid ini sangat meriah karena dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat, seluruh Kepala Daerah Tingkat dua Jawa Barat, berbagai kelompok pengajian dari seluruh Indonesia, para undangan dari Malaysia dan Singapura, serta ribuan jamaah yang ikut berpartisipasi dengan bersodaqoh untuk membantu proses pembangunan Masjid Rahmatan Lil ’Alamin.

Setelah itu peletakan batu pertama dari Masjid Rahmatan Lil ’Alamin ini dilakukan setelah melewati 100 hari dari dimulainya peletakan batu asas.

Hal ini dilakukan dengan makna bahwa selama 100 hari setiap tamu yang berkunjung ke MAZ diperbolehkan untuk ikut memiliki andil dalam peletakan batu asas.

Monumental


Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia sehingga sudah tentu bahwa pembangunan dari masjid harus bisa menggambarkan ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang diuraikan dalam filosofi pembangunan masjid Rahmatan Lil ’Alamin yang disampaikan oleh Syaykh al-Ma’had Dr Abdussalam Panji Gumilang.

Bangunan masjid ini memiliki luas 99 x 99 m yang sesuai dengan Asmaul Husna atau filosofi dari sifat-sifat Allah yang berjumlah 99.

Angka ini tidak akan bisa berubah walau diputar ke arah mana saja dan akan selalu memiliki nilai yang sama yaitu 99.

Sedangkan enam lantai masjid memiliki filosofi Arkanul Iman yaitu rukun iman yang berjumlah 6.

Secara keseluruhan keenam lantai tersebut memiliki ketinggian 33 meter yang disesuaikan dengan filosofi jumlah tasbih, tahmid dan takbir setelah ibadah sholat.

Sedangkan tiang dari masjid juga disesuaikan dengan filosofi Arkanul Islam atau rukun Islam yang berjumlah 5 dengan adanya tinggi tiang masing-masing lantai lima meter.

Masjid Rahmatan Lil ’Alamin memiliki kubah yang besar serta kubah kecil sebanyak 4 buah yang disesuaikan dengan filosofi bahwa Indonesia mengenal berbagai madzhab.

Masjid Rahmatan Lil ’Alamin juga memiliki menara setinggi 68 meter dengan lantai seluas 24 x 24 m yang disesuaikan dengan filosofi Al-Khulafa al-Rasyidun.

Arsitektur Dunia

Pelaksanaan pembangunan masjid Masjid Rahmatan Lil ’Alamin dilakukan dengan sangat teliti, misalnya untuk sistem pondasi yang dibuat dengan sistem pondasi kapal.

“Sebenarnya, nama resminya raft foundation atau pondasi rakit. Namun, kalau rakit maknanya kecil maka kami sempurnakan menjadi pondasi kapal,” ungkap Ir Djamal M Abdat, Pimpinan Tanmiyah MAZ.

Kubah Kecil

Pada bulan Oktober Syaykh al-Ma’had langsung memimpin tim yang beranggotakan M Yusuf Rasyidi, M Natsir Abdul Qadir dan Ir Bambang T Abdul Syukur lalu mengadakan perjalanan ke Spanyol untuk melihat langsung model arsitektur di Al-Hambra, Cordoba.

Setelah itu mereka melakukan perjalanan ke Mesir untuk melihat model bangunan masjid-masjid bersejarah lain yang memiliki nilai arsitektur yang tinggi.

Semua gaya arsitektur dipertimbangkan secara matang dalam pengaplikasiannya dimana gaya tersebut harus memiliki nilai estetika secara luas namun tidak antipati ataupun lebih condong pada suatu etnik local tertentu.

Syaykh al-Ma’had selalu berpesan bahwa tidak ada dikotomi arsitektur Islam, tradisional atau gothic.

Masjid Rahmatan Lil ’Alamin memiliki gaya arsitektur yang dibuat dengan memadukan model arsitektur di seluruh dunia.

Hal ini dilakukan karena Masjid Rahmatan Lil ’Alamin akan menjadi sebuah masjid monumental karya umat Islam di abad 21 ini yang nantinya diharapkan akan menjadi rahmat bagi semua orang.

Gaya arsitektur Masjid Rahmatan Lil ’Alamin  merupakan perpaduan yang menyeluruh dari semua gaya arsitektur yang ada di dunia ini.

Rencananya Masjid Rahmatan Lil ’Alamin ini akan dilapisi oleh granit, mulai dari dinding masjid hingga seluruh lantainya.

Syaykh al-Ma’had menjelaskan bahwa Masjid Rahmatan Lil ’Alamin membutuhkan granit sekitar 70.000 meter persegi.

Masjid Rahmatan Lil ’Alamin diharapkan akan sesuai dengan namanya yaitu menebar kasih dan rahmat sehingga tercipta hubungan silaturahmi yang tiada putusnya.

Kerangka

Sistem seperti ini terbukti memiliki banyak keuntungan dan keunggulan jika dibandingkan dengan sistem proyek pembangunan yang lazim di luar MAZ.

Selain untuk menjaga mutu juga bisa untuk menghemat biaya. Untuk setiap bangunan, biayanya hanya sepertiga dari biaya bangunan jika itu dikerjakan oleh kontraktor luar.

Selain itu juga unggul dalam segi efisiensi waktu. Misalnya adalah perencanaan Masjid Al-Hayat yang hanya membutuhkan waktu satu pekan sedangkan pelaksanaan pembangunannya pun hanya 100 hari.

Dengan penghematan tersebut, dana bisa dipergunakan untuk membeli bahan-bahan material yang berkualitas.

Semua komponen bangunan seperti kusen, daun pintu, furniture dan khususnya isi bangunan (kursi, meja, papan tulis dan partisi) dikerjakan sendiri.

Dengan sistem manajemen seperti itu, setiap bangunan yang didirikan di MAZ memenuhi persyaratan pokok berdaya tahan lama. Setiap bangunan itu harus cukup kuat dan berkemampuan memikul beban dalam jangka waktu lama.

Kekuatan tersebut dirancang dengan penggunaan kekuatan material (elemen-elemen) konstruksi yang berkualitas dan proses pengerjaan yang cerdas dan telaten.

Pengadaan dan Pemanfaatan Material

Kualitas bangunan juga dimulai dari perencanaan material. Kekuatan bangunan bergantung kepada kekuatan elemen-elemen (material) konstruksi bangunannya.

Untuk bangunan yang diprogram untuk bisa bertahan selama berabad-abad lamanya maka bahan-bahan dasar bangunan tersebut juga harus berkualitas.

Sejak awal harus dilakukan control mutu bahan-bahan material tersebut mulai dari pengadaan hingga pemanfaatan untuk menjamin kualitas dari bahan-bahan material tersebut.

Material konstruksi yang digunakan meliputi material baja tulangan, baja profil dan material beton yaitu campuran material pasir, semen, air dan kerikil.

Sedangkan material arsitektur meliputi material untuk tangga dan lantai seperti keramik, untuk dinding berupa batu, kayu, cat, kayu pintu, kusen, kayu pintu, kaca dan jendela.

Adapula material untuk plafond seperti gypsum, tripleks, serta material atap berupa aluminium dan genteng.

Material plumbing meliputi instalasi pipa-pipa air bersih dan air kotor, kran wastafel, pipa hidrant, kloset, dan sebagainya.

Dan untuk material elektrikal meliputi instalasi pipa-pipa listrik, kabel-kabel dan lampu-lampu.

Untuk baja konstruksi, digunakan baja tulangan dan baja profil yang masih harus didatangkan dari Jepang, Korea, Rusia dan Polandia karena sebelumnya pernah dicoba menggunakan baja WF lokal namun hasilnya sangat tidak memuaskan karena belum apa-apa sudah melengkung.

Baja tulangan yang digunakan terdiri dari ukuran diameter mulai 6 mm sampai 32 mm. Sedangkan untuk baja profil menggunakan bentuk-bentuk seperti sayap lebar (wide flange) memiliki dimensi tinggi 200 mm sampai 450 mm, Canal Cnp memiliki dimensi tinggi mulai 75 mm sampai 150 mm, siku dengan ukuran 30 mm sampai 100 mm dan juga plat baja berukuran tebal mulai 2 mm sampai 15 mm.

Sedangkan kekuatan lantai bangunan menggunakan pelat lantai beton bertulang yang memiliki kualitas beton 300 kg per cm persegi.

Pelat lantai tersebut dipikul oleh balok lantai dengan menggunakan baja profil sayap lebar (wide flange) dengan kekuatan tegangannya bernilai 4.100 kg per cm persegi.

Semua pengadaan material berupa bahan baku diolah sendiri hingga menjadi bahan material jadi.

Misalnya untuk keperluan besi yang dibeli bahan baku, lalu dipabrikasi sendiri dan di-erection sendiri.

Dalam pabrikasi baja baik pemotongan, pengelasan maupun pons (pelubangan) dan rolling plat baja seluruhnya menggunakan teknologi Ma’had sendiri.

Teknologi pembesian menggunakan peralatan yang disebut bar cutter dan bar bending machine untuk membengkokkan dan memotong besi tulangan sesuai dengan kebutuhan. (Sumber : Kubahmesjid.com)



Three-red-handdrawn-down-arrows BANNER FREE MEMBER

0 komentar:

Posting Komentar